Berbagi Baju 1.0

Akhirnya saya sebut juga @BerbagiBaju kali ini dengan versi 1.0. Karena sumber donasi bajunya sudah dari orang lain. Berbagi baju sebelumnya cuman pakai baju bekas milik pribadi, hehe. Sekalian survey. Juga karena relawan yang membagikannya sudah agak banyak, 5 orang. Meskipun masih orang2 di sekitar saya.
Ada sekitar 115 baju yang dibagikan di daerah Pasar Baru, Bandung. Dan sekitarnya. 30% nya adalah baju wanita.

image

Penerimanya adalah homeless yang mayoritas beeaktivitas sebagai pemulung dan tukang becak. Baru tahu kalo ternyata tukang becak di Bandung itu banyak yang tidur di becaknya.
Tapi, dari seratusan baju yang harus dibagikan, dua baju per orang artinya kita harus mencari 50 orang penerima. Susah juga untuk mencari penerima sebanyak itu. Di akhir acara tersisa beberapa baju wanita, dibagikan besok saja karena susah mencarinya dan sudah terlalu larut.
Jadi terpikir juga saran bapak, jangan ngasih ke mereka, nanti mereka tambah betah dan jumlahnya makin banyak. Ini berkaitan dengan cara kita nyari penerima baju. Ngga pernah kita ngasih ke spot yang sama. Karena ternyata di spot yang sama, orangnya juga sama. Kalo mereka berkali2 diberi, kita ngasih terus berulang2, bukankah itu menjadi daya tarik?? Beberapa kali saya bertanya ke mereka, darimana asal mereka. Dari yang saya tanya, ternyata mereka punya kampung halaman dan keluarga di sana: Majalaya, Garut, dll.
Tapi apa salah jika kita memberi? Tidak, memang yang harua divari adalah resipien yang tepat. Prinsip kita, akan selalu mencari tempat baru utk penerima yg homeless. Dan akan berkembang ke penerima fakir miskin yang mempunyai pekerjaan yang benar: buruh tani, peternak, dll. Bukan penyakit masyarakat. Dan sepertinya harus melebar ke pedesaan agar ekonomi berputar 😀

Berbagi Baju 0.3

Berbagi Baju 0.3

Kenapa berbagi baju 0.3, karena ini ketiga kalinya kita berbagi baju. Sasaran utamanya adalah memang yang membutuhan baju bekas, dan pasti akan dipake oleh mereka yang menerimanya.

Teori saya sekarang ini, orang yang pasti membutuhkan baju bekas adalah orang yang kesusahan juga memenuhi dua kebutuhan pokok yang lain. Yaitu kebutuhan pangan dan papan. Orang yang susah untuk makan dan orang yang tidak punya tempat tinggal.

Jadi sasaran utama kita adalah homeless (gelandangan, duh kok gak enak ya pakek kata ini, negatif kesannya) dan pemulung sampah. Kenapa homeless, karena sudah pasti ga punya rumah, tidur di emperan ruko, trotoar, di mana saja. Dan kenapa pemulung, karena pekerjaan yang paling gampang dilakukan oleh orang berekonomi paling sulit ya ini. Setidaknya pemulung akan  memakai baju bekas untuk bekerja.

Berbeda jika kita mendonasikan baju-baju bekas ke panti. Menurut pengalaman, baju-baju bekas sudah tidak laku karena mereka kebutuhan dasarnya, sandang pangan dan papan-nya, sudah terpenuhi. Pernah suatu ketika, menurut cerita bapak yang bekerja di panti sosial, ada donasi baju bekas kepada para penghuni panti cacat yang menganggur begitu saja, tidak terpakai oleh penghuni. Ya itu, menurut saya, para penghuni itu memang tidak membutuhkan. Walaupun mereka berekonomi sulit dan susah bekerja, kebutuhan dasar mereka terpenuhi, atas tanggungan panti tentunya.

Disitulah urgensinya, kita harus menyalurkan donasi baju bekas kepada sasaran yang tepat. Sebagai informasi, baju bekas yang sudah disumabangkan sampai 10 Juli 2013 ada sekitar 27 potong (baju bekas saya sendiri, hihihihi). Kalo ada yang mau gabung, yok kita bareng-bareng berbagi. Email aja eaaaaaaps, zainal.arifrahman@gmail.com. Saya di Bandung ato Cikarang.

#berbagiituseruu

Berbagi Baju

Ide dimulai dari minggu kemari ketika mepihat isi lemari acak-acakan. Dipikir-pikir banyak banget baju dan celana yang ada di lemari. Diberesin lah itu semuanya. Dilipetin satu-satu. Ternyata banyak baju-baju yang udah jarang dipakai.

Nanti mau disumbangin ah. Nanti mau disumbangin ah. Nanti mau disumbangin ah. Begitu terus tiap kali liat isi lemari yang penuh. Bingung sebetulnya nymbanginnya kemana. Nyari orang yang memang akan make baju tersebut dan ngga akan tersinggung kalo kita sumbang.

Minggu lalu itu, masih belum kepikir kemana mau disumbangin. Mungkin ke tasik, tempat tujuan mudik tiap tahun. Ah pikir saya pokoknya siap-siap dulu aja, dipacking, biar gampang ngasihnya. Juga biar tampilannya agak bagus kayak baru dari toko hihi. Lebih baik lah pokoknya daripada ngasiin tanpa kemasan.

Nah hari minggu kemaren, terinspirasi dari komunitas Berbagi Nasi, oiya ya kenapa ngga nyari sendiri orang yang membutuhkan yaitu di jalanan. Sama seperti objek komunitas Berbagi Nasi yang membagikan nasi bungkus ke penghuni jalanan kota Bandung: tunawisma, gelandangan, dll.

Berangkatlah membawa gembolan tas berisi 6 potong pakaian bekas. Ngga berani bawa banyak dulu, ytakut ngga nemu soalnya siang hari. Mungkin Berbagi Nasi lebih mudah menemukan target karena tengah malem, jadi yang homeless pasti ada di tempatnya.

image

image

Eh di jalan Otten, alhamdulillah nemu juga bapak2 yang narik gerobak besar, dibelakangnya ada anak dan istrinya yang menggendong bayi. Wah pikir saya ini dia target yang tepat: pemulung. Insya Allah mereka lah yang membutuhkan. Dan dugaan saya tepat, “Bu, ini saya ada beberapa baju bekas, kira2 sama ibu terpakai atau tidak?” “Iya dek, terima kasih.” “Tapi sama ibu dan keluarga akan terpakai kan??” “Iya dek” “Tapi bener kan bu akan dipakai??”, berkali-kali saya memastikan. “Iya”

Wooooh, akhirnya misi berhasil. Berbagi itu indah dan memyenangkan. Lumayan nih masih banyak amunisi (meminjam bahasanya Berbagi Nasi) baju bekas yang bisa disumbangkan di lemari.

Ternyata, setelah disamperin, diliat dari dekat, ternyata gerobak itu bukanlah tempat nyimpen barang hasil memulung. Ternyata itu tempat berteduh, tidur, dan menyimpan barang- barang sekeluarga. Gerobak itu rumah mereka. Miris melihatnya. Di dalamnya ternyata masih ada satu anak lagi. Alhamdulillah kita semua bisa diberi rejeki yang cukup, mereka mah boro-boro baca lewat internet kayak gini, makan dan tidur nya aja susah.

Ayo Berbagi Baju!