Entah apa yang ada di pikiran pelajar ataupun mahasiswa di bandung yang mengamen di sekitar perempatan dago. Malam ini saya temui ada tiga kelompok anak muda sepertinya pelajar yang mengamen di situ. Dan saya yakin satu dari kelompok itu adalah mahasiswa mesin polban karena mereka memakai jaket jurusan. Modus mereka ada yang ngamen baik-baik bahakan maksa. ‘Seribu aja, seribu aja, seeribu ajaa’. Sambil mengerumuni mobil yang menunggu lampu merah.
Ya mereka mengamen atupun memaksa :p secara berkelompok. Saya thu mereka melakukannya berkelompok karena tidak berani alias malu kalo sendirian. Secaraaa, mereka memang berkecukupan unruk kebutuhan pribadinya dan memang berpendidikan, malunya muncul dari situ.
Dan sepertinya, saya tahu apa yang ada di pikran mereka saat ngamen (pernyataan pembuka di atas). Hahahaha, karena saya pernah melakukannya juga. Berkelompok dan berseragam. Walaupun bukan jaket ataupun jas almamater, tetap saja identitasnya ketahuan karena kami memang menjual itu untuk dapat belas kasih.
Uang gampang. Itu tujuan mereka. Dan memang gampang, kami pun mendapat uang cukup besar dari sekali mengamen.
Tetapi langkah kami mencari dana dengan mengamen segera diluruskan oleh dosen (baca: dimarahi, disemprot, dinasihati). Hohoho, jalan lain mencari dana pun akhirnya ditempuh dengan cara yang benar. Intinya sih berjualan baik barang maupun jasa bukan dengan mengemis di jalan seperti sebelumnya. Jualan donat ke orang tua dan anak sma yang lagi usm, jualan bunga di malam minggu, dan nyuciin mobil dosen.
Ini adalah pembelajaran bahwa, segala kegiatan yang dilakukan di kampus itu objeknya bukan hanya hasil kegiatan melainkan juga mahasiswa pelaksana kegiatan tersebut. Mahasiswa harus bisa mendapatkan softskill yang memang tidak diajarkan di kelas. Kejujuran, kepemimpinan, kerja sama, kerja keras, dll.
Apa jadinya kalo para calon pemimpin bangsa ini belajar untuk meminta-minta…